Setiap tahun, pada tanggal 21 Februari, kita memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. Namun, sebelum kita merayakan HPSN, penting untuk memahami latar belakang dan tujuan di balik peringatan ini.
Tragedi yang memprakarsai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN)
Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) berawal dari tragedi Leuwigajah, sebuah kejadian tragis yang terjadi pada 19 tahun lalu. Tragedi ini merupakan salah satu bencana alam terbesar kedua di dunia yang disebabkan oleh masalah pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah, yang menyebabkan tewasnya lebih dari 150 orang (sumber: kompas.id).
Kejadian tragis ini terjadi pada 21 Februari 2005, pukul 02.00 WIB, seperti yang dikutip oleh tekno.tempo.co. Saat itu, TPA Leuwigajah yang menerapkan sistem open dumping (sistem pembuangan sampah yang dilakukan secara terbuka) sedang dilanda hujan deras. Akibatnya, konsentrasi gas metana dalam tumpukan sampah meningkat secara signifikan, menyebabkan runtuhnya gunungan sampah setinggi 60 meter dan sepanjang 200 meter di TPA Leuwigajah, yang diikuti oleh suara gemuruh besar. Bahkan, suara tersebut terdengar hingga radius 10 kilometer.
Ribuan ton sampah tiba-tiba jatuh dan menyerbu dua permukiman di bawah TPA Leuwigajah. Sayangnya, ratusan penduduk dari Kampung Cilimus dan Kampung Pojok tidak memiliki waktu cukup untuk menyelamatkan diri dan akhirnya terkubur bersama tumpukan sampah tersebut.
Tragedi Leuwigajah, 2005 (Sumber: Media Indonesia)
Dalam buku Tragedi Leuwigajah, Itoc Tochija menyebutkan bahwa selama periode evakuasi yang memakan waktu 15 hari, hanya 157 jasad korban berhasil ditemukan, sementara ratusan lainnya masih dalam status hilang. Peristiwa di TPA Leuwigajah ini menjadi insiden kedua terparah di dunia setelah kejadian serupa di TPA Payatas, Quezon City, Filipina, pada 10 Juli 2000, yang merenggut lebih dari 200 nyawa.
Beberapa waktu setelah kejadian tersebut, wilayah Bandung Raya mulai menghadapi kesulitan dalam mengelola sampah karena tidak ada lagi tempat pembuangan akhir di TPA Leuwigajah. Sampah-sampah tersebar di jalanan dan di pemukiman, mengubah citra Bandung yang sebelumnya terkenal karena keindahannya menjadi sebuah kota yang dijuluki sebagai “Bandung Lautan Sampah.”
Gerakan pungut sampah yang diadakan pada Hari Peduli Sampah Nasional 2018 di Boyolali (Sumber: jatengprov.go.id)
Tragedi yang menyedihkan di TPA Leuwigajah kini dijadikan momen untuk diperingati setiap tahun sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN). Peringatan ini bertujuan untuk mengingatkan seluruh masyarakat Indonesia akan kejadian tragis tersebut.
Pada HPSN, pemerintah, lembaga, aktivis, dan komunitas lingkungan bekerja sama untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian tentang pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Tujuannya adalah agar masyarakat memiliki pemahaman yang lebih baik tentang isu-isu terkini terkait sampah, sehingga dapat mengambil tindakan yang lebih bertanggung jawab dalam aktivitas konsumsi dan produksi mereka yang berpotensi menimbulkan sampah.
Beberapa fakta penting yang berkaitan dengan HPSN 2024
Untuk memahami permasalahan sampah, penting bagi kita untuk memperhatikan data terkini mengenai produksi sampah di Indonesia. Menurut data yang dirilis oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pada tahun 2023, total sampah yang dihasilkan mencapai 21,1 juta ton. Dari jumlah tersebut, sebanyak 65,71% atau sekitar 13,9 juta ton berhasil dikelola dengan baik, sementara 34,29% sisanya, sekitar 7,2 juta ton, belum mendapat penanganan yang memadai (sumber: www.kemenkopmk.go.id).
Sampah plastik yang mencemari kawasan pantai utara Kabupaten Tuban
(Sumber: mongabay.co.id)
Berikut ini adalah beberapa fakta penting yang berkaitan dengan Hari Peduli Sampah Nasional (HSPN) 2024, yang dikutip dari mediaindonesia.com:
Sampah plastik masih jadi persoalan yang serius
HPSN 2024 akan menyoroti tema “Atasi Sampah Plastik dengan Cara Produktif.” Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Penanganan Sampah, Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (PSLB3) di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Rosa Vivien Ratnawati. Dia menjelaskan bahwa pemilihan tema tersebut didorong oleh masalah serius yang terus berlanjut terkait sampah plastik, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Jumlah sampah plastik di perairan bisa meningkat tiga kali lipat
Vivien menyebutkan bahwa menurut United Nations Environment Programme (UNEP), jumlah sampah plastik yang memasuki ekosistem perairan bisa meningkat hingga tiga kali lipat pada tahun 2040 jika tidak ada langkah-langkah untuk mengurangi polusi plastik.
Indonesia menyumbang 12,87 juta ton sampah plastik per tahun
Di Indonesia, jumlah sampah plastik yang dihasilkan mencapai 12,87 juta ton setiap tahunnya. Pada tahun 2025, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menargetkan pengurangan sampah plastik yang mencapai 70% dari total sampah plastik yang masuk ke laut.
Vivien menekankan bahwa International Legally Binding Instrument (ILBI) bertujuan untuk merumuskan kesepakatan global dalam mengatasi polusi akibat sampah plastik. “HPSN 2024 menjadi momen penting untuk memperkuat posisi Pemerintah Indonesia dalam ILBI tentang polusi plastik dan untuk menegaskan kesiapan dalam menjalankan komitmen Zero Waste Zero Emission 2050,” ungkap Vivien.
Apa yang bisa kita lakukan dalam mengatasi sampah dan mengurangi emisi karbon?
Mendaur ulang sampah bisa membantu mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA
(Sumber: nestle.co.id)
Berikut ini adalah beberapa cara yang kita bisa lakukan untuk berpartisipasi dalam penanganan sampah dan pengurangan emisi karbon:
Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai
Mendaur ulang sampah
Memilah dan mengomposkan sampah
4. Menggunakan transportasi ramah lingkungan
5. Menghitung emisi karbon yang dihasilkan dari belanja online
Dengan menerapkan beberapa langkah tersebut, kita dapat berperan aktif dalam upaya penanganan sampah dan pengurangan emisi karbon. Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai membantu mengurangi limbah plastik yang sulit terurai di lingkungan. Daur ulang dan pemilahan sampah memberikan kontribusi positif terhadap manajemen sampah yang berkelanjutan. Menggunakan transportasi ramah lingkungan tidak hanya mengurangi emisi karbon tetapi juga mendukung lingkungan yang lebih bersih. Selain itu, dengan menghitung emisi karbon dari belanja online, kita dapat lebih sadar akan dampak konsumsi terhadap lingkungan.
Jika Anda seorang retailer atau penjual, Anda dapat menggunakan Carbon Addons, sebuah carbon offset plugin software app yang memungkinkan customer Anda menghitung jejak karbon dari pembelian online di website atau aplikasi Anda, sehingga meningkatkan kesadaran lingkungan dan memberikan opsi kepada konsumen untuk memilih produk dan layanan yang lebih berkelanjutan. Dengan adanya kesadaran ini, diharapkan masyarakat semakin peduli terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan (kny/qq).
.
Referensi:
https://www.kompas.id/baca/nusantara/2022/02/20/trauma-petaka-sampah-leuwigajah-yang-sulit-hilang
https://greeneration.org/publication/green-info/tpa-leuwigajah-cikal-bakal-hpsn/
https://www.kemenkopmk.go.id/72-juta-ton-sampah-di-indonesia-belum-terkelola-dengan-baik